Kamis, 20 Juli 2017

Apalah Arti Jarak, Kala Hati Telah Tertambat

Malam itu, kamis malam tepatnya, hujan rintik datang mencoba menghalangi aku untuk berangkat bermain futsal. Tapi, dengan tekad yang kuat untuk mengurangi lingkar perut yang semakin liar berkembang, akhirnya aku tetap berangkat ke gor futsal tapi tidak dengan membawa handphone karena ditakutkan akan kebasahan.

Seselesainya bermain futsal, benar saja hujan semakin menjadi membawa rombongannya datang ke bumi. Dengan terpaksa aku pulang ke kostan dengan kondisi basah kuyup. Setibanya di kostan, aku tidak langsung mandi karena kondisi tubuh yang berkeringat dicampur dengan air hujan yang aku terabas tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk merebahkan badan letih ku sejenak di kursi panjang yang ada di kostan, sembari mengeringkan badan sebelum mandi.

Lalu aku teringat, handphone ku belum aku jamah sedari 2 jam yang lalu, kemudian aku mengambil handphone ku untuk sekedar mengecek notif apa saja yang terlewat selama 2 jam aku tidak memegang handphone. Sebenarnya aku sangat yakin notif yang muncul di handpone hanyalah notif aplikasi chatting dari grup-grup yang aku ikuti, karena satu dan lain hal, memang notif handphone ku sekarang cenderung sepi karena kejadian beberapa bulan yang lalu.

Namun ternyata tebakan ku meleset, ada chat yang masuk ke handphone ku dari Aak sejam yang lalu. Sebelum aku membuka chat itu, aku sangat yakin chat yang masuk dari Aak perihal menanyakan kabarku. Dan kali ini tebakan ku tidak meleset, Aak chat untuk menanyakan kabar adiknya di perantauan. Kemudian terjadilah percakapan antara aku dan Aak melalui aplikasi chatting tersebut. 

A: Assalamualaikum. Abang apa kabar? Abang sehat kan? 

W: Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik Ak. Aak gimana kabarnya? Mahkota* juga apa kabar? 
*Mahkota merupakan panggilan untuk istri Aak alias kakak ipar ku. Kenapa Mahkota? Karena menurut keterangan Bunda ku, di adat lampung, terdapat semacam gelar adat yang masing-masing mempunyai maknanya, dan Mahkota adalah salah satu gelar adat tersebut. Ini disebut dengan Juluk-Adek dalam adat Lampung (1). Dan kami, Adik-adik dari Aak, dihimbau oleh bunda untuk memanggil kakak ipar kami dengan panggilan Mahkota.
A: Alhamdulillah kabar baik bang, lagi sibuk ya Bang? 

W: Enggak sih Ak. Hehehe. Lagi nganggur aja kok. Gimana Papua? Lancarrr?

A: Gw lagi banyak kerjaan nih bang. Maaf ya kalo jarang negor, pikiran lagi agak ribet nih Bang.

W: Hahaha. Gak papa Ak. Aman. Yang penting di sana lo dan Mahkota sehat wal afiat. Aamiin. Semoga dilancarkan selalu Ak urusannya di sana.

A: Iya Bang, lo juga ya. Jangan lupa tetep rajin ngajinya ya, Bang.

W: Siap Ak. Makasih.

Kemudian percakapan singkat itu berakhir. Sebenarnya isi percakapan itu biasa saja. Sekedar menanyakan kabar satu sama lain. Namun penutup dari percakapan yang terjadi itu yang menjadi istimewa. Entah kenapa Aak mengakhiri percakapan kami dengan kalimat tersebut. Padahal biasanya Aak mengakhiri dengan kalimat “Jaga Kesehatan ya Bang.” Seolah Aak tau bahwa kondisi iman aku sedang menurun. Maklum manusia, seperti salah satu hadist berikut:
Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan kalimat la ilaha illallah. (HR.  Ibnu Hibban) 
Meskipun jarak memisahkan kami kurang lebih sekitar 4000 KM lebih, namun ternyata perasaan kakak kepada adiknya tetap tidak bisa dihalangi oleh jarak. Padahal, aku sama sekali belum pernah menceritakan kegelisahan dan keresahan yang sedang aku alami, tapi Aak seolah-olah tau. Dia tetap bisa merasakan kondisi hati adiknya yang sedang dilanda gundah gulana, sehingga mengingatkan bahwa obat dari pelipur lara yang sedang melanda ini tidak lain dan tidak bukan hanyalah dengan tetap rajin mengaji.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (Al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus:57)
Alhamdulillah aku memiliki kakak yang tetap peduli dan perhatian kepada adik-adiknya dan dapat menjadi role model sebagai seorang kakak. Semoga persaudaraan kami selalu diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.


Menuju tengah malam, belum mandi.
19 Juli 2017, Tanjung Enim.
-W-

---------------------------------------------------------------------------------- 
Source:

0 komentar:

Posting Komentar