Rabu, 08 November 2017

Pengais Ketenangan




Aku mendengus gelisah di tengah hiruk pikuk keramaian.
Mencari tempat menyendiri untuk sekedar memanjakan hati.
Dunia ini sudah terlalu bising dengan segala bualannya.
Tidak adakan ruang bagi pengais ketenangan seperti diriku?

-W-

Mengadu. Memohon. Bersimpuh.





Mengadu bukan berarti lemah.
Namun, bentuk kepasrahan diri bahwa kita tak bisa lakukan apapun tanpa kehendakNya.

Memohon bukan berarti tak berdaya.
Namun, bentuk kesadaran bahwa semua yang terjadi atas izin dan ridhoNya.

Bersimpuh bukan berarti rendah.
Namun, bentuk ketaatan serta syukur atas segala nikmat dan karuniaNya.

Mengadulah. Memohonlah. Bersimpulah.
Hanya kepadaNya.

-W-

Selamat Pagi

Selamat pagi.
Bagiku waktu selalu pagi.
Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah.
Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut diujung dedaunan.
Ketika harapan-haparan baru merekah bersama kabutyang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegununang.
Pagi, berarti satu hari melelahkan telah terlampui lagi.
Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resahm kerinduan, dan helaan napas tertahan.

Source : Novel "Sunset & Rosie" karya Tere Liye, halaman 421

Sabtu, 30 September 2017

Sisi Yang Terbaikan

Diam bukan berarti tidak peduli.
Hilang bukan berarti pergi.
Selesai bukan berarti sebuah akhir.
Pindah bukan berarti tak kan kembali.

Semua yang nampak,
Pasti miliki sisi yang terabaikan.

Layaknya diam yang tetap mendoakan tiap selesai solat agar kamu selalu selamat dan baik-baik saja.
Layaknya hilang untuk memantaskan agar lebih siap dan matang.
Layaknya selesai untuk buat mu mulai hal baru yang membahagiakan.
Layaknya pindah untuk merasa bagaimana rindu menikam hati yang lara.

-W-

Selasa, 26 September 2017

Terima Kasih, Hujan


Ah, kamu memang yang paling mengerti.
Kala ku ingin sendirian.
Kau hadir untuk usir semua kebisingan di sekitar.

Aku juga selalu rindu akan suaramu, syahdu. 

Tiap ku pejamkan mata tuk dengarkan suaramu, 
aku selalu tenggelam dalam ketenangan yang menghanyutkan.

Aroma mu juga selalu jadi favoritku.
Tiap kamu bersatu dengan bumi dan menimbulkan aroma khas,

selalu buat ku teringat akan seluruh momen bahagia yang pernah terjadi saat kamu hadir.

Dan yang terpenting,

kehadiranmu selalu berhasil menyamarkan sedih ku.

Terima kasih untuk kehadiran kamu malam ini, Hujan.

-W-

Sang Fajar



Fajar menyingsing.

Di ufuk timur, mentari mulai menampakkan diri.

Ia muncul bak ksatria penebas kegelapan dini hari.

Awan menguning menyambut sang mentari di langit.

Rasa suka cita ikut menyambut kala ia hadir.

Karena mentari bawa harap untuk bangkit.

Tapi mengapa di belahan semesta sana masih ada manusia yang bersedih?

-W-

Senin, 24 Juli 2017

Lembaran Lama

 
Penulis itu sedang membuka lagi lembaran-
lembaran lama yang telah Ia tulis.

Di sana, ada sebuah kisah tentang dua anak 
manusia sedang menata harap dan citanya bersama.

Belum selesai.

Terbengkalai.
 
Berhenti begitu saja tanpa tanda titik maupun koma.

Akhirnya, Ia memutuskan 'tuk menyimpan 
lembaran kisah itu di tempat lain.

Sembari menunggu ilham dari yang Maha Pembuat Kisah.

Mau dibuat apa akhiran dari kisah dua anak manusia tadi.

-W-

Kamis, 20 Juli 2017

Apalah Arti Jarak, Kala Hati Telah Tertambat

Malam itu, kamis malam tepatnya, hujan rintik datang mencoba menghalangi aku untuk berangkat bermain futsal. Tapi, dengan tekad yang kuat untuk mengurangi lingkar perut yang semakin liar berkembang, akhirnya aku tetap berangkat ke gor futsal tapi tidak dengan membawa handphone karena ditakutkan akan kebasahan.

Seselesainya bermain futsal, benar saja hujan semakin menjadi membawa rombongannya datang ke bumi. Dengan terpaksa aku pulang ke kostan dengan kondisi basah kuyup. Setibanya di kostan, aku tidak langsung mandi karena kondisi tubuh yang berkeringat dicampur dengan air hujan yang aku terabas tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk merebahkan badan letih ku sejenak di kursi panjang yang ada di kostan, sembari mengeringkan badan sebelum mandi.

Lalu aku teringat, handphone ku belum aku jamah sedari 2 jam yang lalu, kemudian aku mengambil handphone ku untuk sekedar mengecek notif apa saja yang terlewat selama 2 jam aku tidak memegang handphone. Sebenarnya aku sangat yakin notif yang muncul di handpone hanyalah notif aplikasi chatting dari grup-grup yang aku ikuti, karena satu dan lain hal, memang notif handphone ku sekarang cenderung sepi karena kejadian beberapa bulan yang lalu.

Namun ternyata tebakan ku meleset, ada chat yang masuk ke handphone ku dari Aak sejam yang lalu. Sebelum aku membuka chat itu, aku sangat yakin chat yang masuk dari Aak perihal menanyakan kabarku. Dan kali ini tebakan ku tidak meleset, Aak chat untuk menanyakan kabar adiknya di perantauan. Kemudian terjadilah percakapan antara aku dan Aak melalui aplikasi chatting tersebut. 

A: Assalamualaikum. Abang apa kabar? Abang sehat kan? 

W: Waalaikumsalam. Alhamdulillah baik Ak. Aak gimana kabarnya? Mahkota* juga apa kabar? 
*Mahkota merupakan panggilan untuk istri Aak alias kakak ipar ku. Kenapa Mahkota? Karena menurut keterangan Bunda ku, di adat lampung, terdapat semacam gelar adat yang masing-masing mempunyai maknanya, dan Mahkota adalah salah satu gelar adat tersebut. Ini disebut dengan Juluk-Adek dalam adat Lampung (1). Dan kami, Adik-adik dari Aak, dihimbau oleh bunda untuk memanggil kakak ipar kami dengan panggilan Mahkota.
A: Alhamdulillah kabar baik bang, lagi sibuk ya Bang? 

W: Enggak sih Ak. Hehehe. Lagi nganggur aja kok. Gimana Papua? Lancarrr?

A: Gw lagi banyak kerjaan nih bang. Maaf ya kalo jarang negor, pikiran lagi agak ribet nih Bang.

W: Hahaha. Gak papa Ak. Aman. Yang penting di sana lo dan Mahkota sehat wal afiat. Aamiin. Semoga dilancarkan selalu Ak urusannya di sana.

A: Iya Bang, lo juga ya. Jangan lupa tetep rajin ngajinya ya, Bang.

W: Siap Ak. Makasih.

Kemudian percakapan singkat itu berakhir. Sebenarnya isi percakapan itu biasa saja. Sekedar menanyakan kabar satu sama lain. Namun penutup dari percakapan yang terjadi itu yang menjadi istimewa. Entah kenapa Aak mengakhiri percakapan kami dengan kalimat tersebut. Padahal biasanya Aak mengakhiri dengan kalimat “Jaga Kesehatan ya Bang.” Seolah Aak tau bahwa kondisi iman aku sedang menurun. Maklum manusia, seperti salah satu hadist berikut:
Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan kalimat la ilaha illallah. (HR.  Ibnu Hibban) 
Meskipun jarak memisahkan kami kurang lebih sekitar 4000 KM lebih, namun ternyata perasaan kakak kepada adiknya tetap tidak bisa dihalangi oleh jarak. Padahal, aku sama sekali belum pernah menceritakan kegelisahan dan keresahan yang sedang aku alami, tapi Aak seolah-olah tau. Dia tetap bisa merasakan kondisi hati adiknya yang sedang dilanda gundah gulana, sehingga mengingatkan bahwa obat dari pelipur lara yang sedang melanda ini tidak lain dan tidak bukan hanyalah dengan tetap rajin mengaji.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu (Al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus:57)
Alhamdulillah aku memiliki kakak yang tetap peduli dan perhatian kepada adik-adiknya dan dapat menjadi role model sebagai seorang kakak. Semoga persaudaraan kami selalu diridhoi oleh Allah SWT. Aamiin.


Menuju tengah malam, belum mandi.
19 Juli 2017, Tanjung Enim.
-W-

---------------------------------------------------------------------------------- 
Source:

Rabu, 12 Juli 2017

Value Investing : Beat The Market in Five Minutes




Data Buku
  • Pengarangnya adalah Teguh Hidayat. Beliau merupakan Full Time Investor di dunia saham. Selain itu beliau juga merupakan penulis, pembicara, sekaligus direktur dari perusahaan investasi bernama PT. Avere Mitra Investama. Selain buku ini, beliau juga telah menghasilkan buku lainnya tentang investasi saham yang berjudul "The Calm Investor". Dan untuk membaca artikel-artikel yang beliau tulis bisa kunjungi TeguhHidayat.com
  • Jumlah halaman dari buku ini sebanyak 256 halaman dan terbagi menjadi 10 bab. 
  • Buku ini terbit pada 12 Maret 2017
Ulasan Buku

Buku ini secara garis besar membahas mengenai metode investasi di pasar modal yang disebut dengan metode Value Investing. Metode yang dikenal dengan salah satu tokoh yang paling berhasil dan dijadikan kiblat dalam hal teknik berinvestasi yaitu Warren Buffet. Dalam buku yang dibahas oleh om Teguh (pake om biar lebih enak dibaca dan tidak terlalu kaku) ini, beliau berkali-kali menyebutkan nama Warren Buffet, dari mulai mengutip kalimatnya, maupun membahas tentang cara Warren Buffet mengeksekusi sebuah keputusan dalam berinvestasi di pasar modal.

Om Teguh menulis dengan kalimat yang sehari-hari kita gunakan serta mudah dimengerti, sehingga cocok untuk orang yang baru terjun di dunia pasar modal atau saham. Namun, untuk yang baru mau belajar saham atau investasi di pasar modal, sebaiknya saya anjurkan untuk belajar atau sekedar baca-baca dulu artikel atau buku yang membahas tentang ilmu-ilmu dasar dalam dunia saham, sehingga ketika membaca buku ini tidak terlalu bingung dengan konsep dasar atau bahasa-bahasa dalam dunia saham.

Dalam buku ini juga om Teguh sering memberikan perumpamaan-perumpamaan sederhana yang membuat kita paham akan konsep yang ingin disampaikan oleh penulis. Dan banyak juga contoh-contoh yang diberikan oleh penulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis sendiri, sehingga konsep yang disampaikan oleh penulis tidak sekedar teori belaka.

Well, kalo soal topik, teknik penulisan dan gaya bahasa yang digunakan oleh penulis sudah saya bahas diatas. Lalu, saya ingin memberikan sedikit ulasan mengenai apa yang disampaikan oleh penulis dalam bukunya. Diharapkan setelah membaca ulasan ini, para pembaca tertarik untuk membelinya. Karena sejujurnya saya sangat merekomendasikan kepada kalian yang ingin berinvestasi di pasar modal untuk membaca buku ini dulu sebelum berjibaku dalam dunia saham. Bukan iklan loh, karena saya juga tidak dapat royalti sedikit pun. Hahahaha.

Buku ini terdiri dari 10 bab, yang tiap bab memiliki topik pembahasan masing-masing. So, let's We start to review each chapter of this book.

Pada bab pertama, penulis memberikan arahan kepada para pembaca. Sebelum membeli saham yang akan kita beli, sebaiknya kita melakukan analisa dulu. Apa yang di analisa? Dari mana kita memperoleh data untuk dianalisa? Nah penulis memberikan informasi yang cukup menarik yang sebelumnya tidak pernah disarankan oleh sekuritas-sekuritas umumnya (karena rata-rata sekuritas hanya peduli agar nasabahnya melakukan transaksi jual-beli sehingga mereka mendapatkan trading fee), kita dapat memperoleh data untuk di analisa di websitenya Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id Kamu dapat memperoleh banyak data yang dapat digunakan untuk analisa di sana, seperti Laporan Keuangan Triwulanan, Laporan Tahunan, Materi Public Expose, dan lainnya. Di buku ini penulis menjabarkan cara memperoleh data di website tersebut. 

Nah berlanjut ke bab dua, pada bab ini om Teguh melakukan brain storming kepada para pembacanya. Beliau membahas tentang konsep umum value investing yang menjadi topik utama buku tersebut, serta mengapa kita harus investasi di pasar modal dengan metode value investing tersebut. Sebenernya, secara sederhana, metode value investing ini adalah membeli saham bagus di harga murah. Tapi menjadi panjang dan lebar pembahasannya untuk menentukan apa tolak ukur bagus tidaknya suatu saham dan mahal murahnya harga saham tersebut. Nah di bab-bab selanjutnya akan dijelaskan oleh penulis tentang dua hal tersebut. Dan ada hal menarik di bab ini yang dibahas yaitu tentang perbedaan investor dan speculative trader. Penulis menjabarkan tentang untungnya menjadi investor dan ruginya menjadi speculative trader yang selalu was-was dan tidak bisa tenang akan resiko naik-turunnya harga saham serta portofolionya terus tergerus oleh trading fee.

Pada bab ketiga, penulis mulai menjabarkan secara mendetail tentang konsep value investing tersebut. Dan dijelaskan oleh penulis bahwa ada tiga elemen penting yang harus dipenuhi oleh sebuah saham agar dapat dibeli sehingga memenuhi kategori value investing yaitu:
  • Harga sahamnya murah.
  • Kinerja keuangan dan dan fundamental perusahaan yang bagus.
  • Manajemen perusahaan berkompeten dan dapat dipercaya.
Pada intinya metode value investing ini menitik beratkan pada fundamental analysis dalam menentukan pilihan dalam investasi di dunia saham.

Setelah pada bab ketiga dijabarkan tentang elemen penting dalam value investing, di bab-bab selanjutnya penulis menjelaskan lagi mengenai hal mendetail dari tiga elemen value investing tersebut. Seperti pada bab empat, penulis menjelaskan bagaimana kita menentukan suatu saham tersebut murah atau tidak. Dan dijelaskan juga agar kita memilih saham yang murah tapi bukan murahan, dalam artian meskipun murah, tapi saham tersebut tetap bagus. Nah untuk memenuhi kategori murah dan bagus ini penulis mengaitkan dengan konsep present value dan future value. Untuk persent value dapat dilihat dari nilai Price to Book Value (PBV) serta future value dapat dilihat dari nilai Return On Equity (ROE). Nah pertanyaannya adalah berapa nilai PBV dan ROE suatu saham sehingga dapat dikatakan murah dan bagus? Untuk lebih jelasnya, dapat dibaca di bukunya langsung.

Berlanjut ke bab lima, pada bab ini penulis menjelaskan tentang elemen kedua value investing, yaitu bagaimana menentukan kinerja dan fundamental perusahaan tersebut bagus atau tidak. Nah penulis menjabarkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan apakah kinerja perusahaan bagus atau tidak diantaranya adalah tingkat pertumbuhan perusahaan (Growth), laba perusahaan (Net Income), serta tingkat hutang perusahaan (Leverage). Untuk penjelasan lebih detail bisa dilihat di bukunya.

Lalu pada bab keenam dari buku ini, penulis tidak langsung membahas tentang elemen ketiga value investing. Namun, penulis menyisipkan pembahasan mengenai bagaimana kita memaksimalkan keuntungan pada resiko yang minimum. Salah satu caranya adalah dengan melakukan teknik diversifikasi saham. Jadi dalam menentukan pilihan saham, jangan hanya membeli 1 perusahaan saja, kita dianjurkan untuk membagi portofolio atau uang yang kita memiliki ke beberapa saham tergantung dari profil resiko kita. Penulis memberikan contoh sebagai berikut:
  • Profil resiko Conservative: 70% saham blue chips, 30% saham second liner.
  • Profil resiko Moderate: 50% saham blue chips, 50% saham second liner.
  • Profil Resiko Agresive: 30% saham blue chips, 70% saham second liner.
Kemudian berlanjut ke bab tujuh, penulis menjelaskan tentang elemen ketiga dari metode investasi value investing yaitu bagaimana cara mengetahui apakah manajemen perusahaan yang sahamnya akan kita beli dapat dipercaya atau tidak. Nah untuk hal ini sebenernya penulis tidak terlalu menjelaskan secara mendetail. Om Teguh hanya menganjurkan kita melakukan pencarian melalui google, sedangkan untuk arahan beliau tentang membaca laporan keuangan perusahaan, beliau tidak menjelaskan secara mendetail tentang bagaimana mengetahui apakah manajemen perusahaan tersebut kompeten atau tidak melalui laporan keuangan tersebut.

Nah setelah selesai menjabarkan tentang metode value investing secara mendetail, pada bab delapan penulis menceritakan tentang investor-investor kelas kakap yang sudah sukses dengan metode investasi tersebut. Mulai dari Carlos Slim Helu, Bill Gates, Li Ka-Shing, Lo Kheng Hong, Hartono bersaudara sampai Sandiaga Uno, diceritakan mengenai kisah sukses mereka dalam berinvetasi di dunia saham menggunakan metode value investing tersebut oleh penulis. Namun, penulis tidak menyertai kisah dari Warren Buffet secara khusus pada bab ini. Karena sepanjang buku ini penulis kerap kali menyisipkan kisah dari Warren Buffet.

Kemudian pada bab sembilan, intinya penulis menyampaikan kepada para pembacanya bahwa kita harus menikmati proses dari investasi yang kita lakukan dari mulai belajar, analisa dan lainnya, bukan hanya berorientasi pada hasil. Karena hasil akan selalu mengiringi usaha yang kita lakukan. 

Dan pada bab terakhir dari buku ini, penulis menjelaskan mengapa judul buku yang dia berikan adalah "Value Investing: Beat The Market in Five Minutes", karena pada intinya investasi merupakan salah satu pekerjaan yang santai. Kita tidak perlu setiap jam atau setiap menit melihat market live yang terus berjalan tiap detiknya. Karena yang perlu kita lakukan hanyalah melakukan analisa dan review tiap bulan atau maksimal mingguan saja selama paling tidak 3-4 jam saja tiap melakukan review dan analisa tersebut. Tapi mungkin untuk awal-awal dalam melakukan analisa kita membutuhkan waktu yang lebih lama, namun seiring dengan jam terbang yang akan semakin tinggi, maka kita semakin terbiasa dalam melakukan analisa saham yang kita pilih.

Nahhh, after a long explanation about ten chapter of this book, finally we reach the last part of this book, that is epilogue. Hal yang membuat saya cukup takjub dengan sang penulis adalah penulis memberikan penutup dari bukunya dengan sangat baik. Beliau tidak membahas tentang metode value investing atau hasil kekayaan yang dapat kita peroleh dari metode tersebut. Tapi yang beliau sampaikan pada penutupnya adalah akan kita kemanakan hasil dari investasi yang kita dapat nantinya. Beliau menyinggung soal kebermanfaatan. Percuma kita menjadi investor sukses tapi tidak memberikan manfaat kepada orang lain. Sharing knowledge melalui buku tersebut juga yang menurut penulis merupakan upaya dari bermanfaat untuk orang lain. Menurut saya, buku ini ditutup dengan baik, yaitu dengan hal yang lebih besar dari konsep investasi di dunia saham. Penulis menutup buku ini dengan konsep investasi akhirat, dengan bersedakah, membagi ilmu, dan hal-hal bermanfaat lainnya kepada orang lain.

Berakhir sudah ulasan buku "Value Investing : Beat The Market in Five Minutes" dari saya. Postingan ini hanya mengulas buku dari pendapat dan sudut pandang pribadi saya, sehingga apabila terdapat perbedaan persepsi, mohon dimaklumi.

Sekian, terima kasih.

-W-


Senin, 10 Juli 2017

"Lihat kan? Besar dan kecil itu relatif, Bang."








Di suatu fajar,  di awal Juli.
 

Dalam sebuah perjalan dari Lampung menuju Serang, aku hanya berdua Ayah baru saja menaiki kapal yang akan mengantarkan kami berpindah pulau dari Sumatera menuju Jawa. Dikarenakan saat itu, Bunda dan Adik-adik ku yang lain masih menetap di Lampung untuk beberapa hari ke depan. Sedangkan, Aak dan istrinya tahun ini untuk pertama kalinya merasakan suasana lebaran Idul Fitri di kampung orang yaitu Papua. 

Setelah kami memarkirkan mobil di posisi yang telah diarahkan oleh crew kapal, kami segera menuju ke tempat peristirahatan yang telah disediakan. Karena, waktu menyebrang selat sunda cukup memakan waktu yang lama, sekitar 3-4 jam. Dan aku sangat bersyukur, kapal yang kami tumpangi menyediakan tempat peristirahatan yang nyaman, dengan view yang menakjubkan. Lalu kami memilih tempat yang cukup strategis, dekat dengan kantin dan jendela, karena saat itu kami belum sarapan dan ingin melihat view laut yang menenangkan.

Tanpa menunggu waktu lama, aku dan Ayah memesan makanan di kantin tersebut. Lalu pesanan kami pun tiba yaitu pop mie hangat yang asapnya pun masih mengepul dan melebur bersama aroma fajar. Sembari menunggu makanan kami siap dimakan karena masih proses menunggu mienya matang sempurna, tiba-tiba saja aku membuka obrolan bersama Ayah dengan topik yang cukup berat. Tanpa ada rencana atau persiapan apapun, pertanyaan itu mengalir saja. Mungkin karena suasana fajar saat itu sedang syahdu dan bawa suasana yang khusyuk untuk membahas hal-hal yang serius.

W: Ayah, menurut Ayah, apa hal yang membuat seseorang bahagia akan hidupnya? Dan, Ayah sudah cukup bahagia belum dengan hidup Ayah?

A: Loh, kenapa tiba-tiba Abang nanya gitu?

W: Gak papa Yah, mau nanya aja, hehehe. ((Sambil mengaduk mie))

A: Hmmm, apa yang membuat seseorang bahagia? Kalo menurut Ayah, hal yang membuat seseorang bahagia itu sederhana, yaitu bersyukur. 

W: Sesimpel itu Yah?

A: Eh, jangan motong dulu dong, kan Ayah belum kasih penjelasannya. Iya, sesimpel itu Bang, kita akan bahagia ketika kita bisa bersyukur, bukan karena bisa jadi kepala dinas, atau bisa punya mobil mewah, atau rumah megah, bukan, bukan soal itu. Karena ukuran itu bersifat relatif. Contohnya, kamu lihat kapal feri dan sampan di laut itu ga Bang? Nah filosofinya mirip seperti itu. Penumpang kapal feri pasti merasa kapalnya lebih besar dari sampan. Tapi dia tidak sadar kalau kapal dia terlihat kecil oleh kita karena kita melihatnya dari kejauhan. Lihat kan? Besar dan kecil itu bersifat relatif, Bang. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Jadi kalau ukuran selalu jadi patokan kebahagiaan, kita tidak akan pernah merasa bahagia, karena kita pasti akan selalu merasa kurang. Tapi kebahagiaan justru akan kita diperoleh ketika kita sudah mengerahkan seluruh usaha kita dengan maksimal dalam hidup untuk urusan duniawi maupun akhirat, lalu bersyukur atas apapun hasilnya yang kita dapat saat ini. Ingat ya, untuk urusan duniawi maupun akhirat. Jangan dunia aja yang diusahain, akhiratnya juga jangan lupa. Itu menurut Ayah definisi kebahagiaan.

W:((Terdiam, sembari meresapi makna kalimat Ayah tiap kata-katanya))

A: Eh udah, ayo makan dulu mienya, keburu lodoh.

Lalu, aku dan Ayah asyik menikmati mie yang sudah matang, diiringi suara sruputan mie dari mulut kami masing-masing. Beberapa menit kemudian, aku ingat sesuatu.

W: Eh iya yah, ada satu lagi pertanyaan yang belum Ayah jawab, apakah Ayah sudah bahagia dengan hidup Ayah sekarang?

A: Dengan yakin Ayah berani bilang ke kamu bahwa Ayah udah bahagia dengan hidup Ayah sekarang. Ayah bahagia punya anak-anak yang penurut, berbakti, serta sholeh dan sholehah kayak kalian. Ayah bahagia anak-anak laki Ayah udah kerja semua, bahkan ada satu yang udah nikah. Ayah bahagia punya istri kayak Bunda yang sabar, bisa didik kalian dengan baik dan baktinya ke Ayah tak perlu ditanyakan lagi. Ayah bahagia bisa berbakti maksimal dengan Ibu Ayah karena bisa pindah kerja dulu dari Lampung ke Serang. Ayah bahagia punya rumah yang meskipun ga megah tapi tetap bisa menghadirkan kenyamanan, kehangatan, dan kasih sayang untuk penghuninya yaitu kita. Ayah bahagia dengan jabatan Ayah sekarang yang meskipun ga kesampean naik eselon 3, tapi inshaa Allah Ayah bawa rezeki yang halal ke rumah.
Tapi, meskipun Ayah sudah sangat bahagia sekarang karena bersyukur akan semua hal yang telah terjadi pada diri Ayah. Ayah tetap masih berusaha agar kehidupan Ayah lebih bahagia lagi.

W: Contohnya yah?

A: Contohnya, Ayah masih suka marahin kamu kalo kamu masih males buat sholat jama'ah di masjid, itu salah satu usaha Ayah agar bisa lebih bahagia lagi. Hahaha ((Tertawa dengan
nada menyindir))

W: Eh iya maafin Abang yah masih suka males sholat jama'ah di masjid. Makasih yah masih diingatkan. Ayah memang terbaik! ((Sembari malu, ada rasa bangga menyelinap di hati karena punya sosok Ayah yang memiliki definisi bahagia yang menakjubkan dan senantiasa menyisipkan tentang akhirat disetiap urusannya))

Lalu, percakapan berat pagi itu ditutup dengan kegiatan merapikan wadah pop mie yang telah selesai kami lahap hingga tuntas. 

Selat Sunda, 1 Juli 2017.
-W-