Minggu, 20 Mei 2018

Chapter 15 - Palestina



#JurnalTutupTahun2017
Chapter 15 - Palestina:

Jurnal hari ini bukan tentang saya tapi masih bertema tentang kedatangan maupun kehilangan, lebih tepatnya kehilangan. Jurnal hari ini didedikasikan untuk Palestina atas kehilangan status ibukotanya terhadap Jerusalem.

Donald Trump, presiden Amerika Serikat, beberapa hari yang lalu memberikan pernyataan kontroversial yang membuat seluruh dunia gempar. Dia memberikan statement pengakuan Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Padahal, statement tersebut dibuat hanya untuk tetap mempertahankan basis pendukungnya. Namun dapat berdampak fatal dan luas untuk Palestina, bahkan negara-negara islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) segera melakukan pertemuan untuk membahas masalah tersebut.

Sudah banyak penderitaan yang warga Palestina derita.
Terlalu sering warga Palestina hanya mampu mengalah dan kalah.
Ribuan kali kehormatan mereka ditindas dan nyawa anak cucu mereka terancam.
Dan... saya kerap abai akan penderitaan yang mereka rasakan.

Mari kawan.
Ini bukan lagi soal agama.
Ini sudah menyangkut kemanusiaan.
Berikan usaha terbaik mu untuk membantu mereka.
Seminimal mungkin, selalu kirimkan doa untuk mereka.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 14 - Teduh



#JurnalTutupTahun2017
Chapter 14 - Teduh:

Agustus 2014 merupakan waktu pertama saya mendengarkan lagu Payung Teduh. Kala itu saya bersama tiga teman saya sedang melakukan pendakian ke Gunung Gede, kami memilih pos kandang badak sebagai tempat kami membangun tenda, karena pos tersebut merupakan tempat favorit untuk mendirikan tenda apabila ingin menuju puncak pangrango via jalur cibodas. 

Pada malam harinya, pos kandang badak menghadirkan ketentraman dengan pemandangan pepohonan yang rimbun serta langit berhiaskan bintang dan bulan. Tiba-tiba dari tenda sebelah, yaitu tenda teman sependakian saya, mengalun sebuah lagu yang meneduhkan, membuat malam di atas gunung semakin syahdu. Awalnya saya tidak tau lagu apa yang dimainkan oleh teman saya tersebut, tapi dari mendengarkannya saja sudah membuat saya tentram.

Keesokannya, saya tau dari teman saya bahwa lagu tersebut merupakan lagu dari Payung Teduh yang berjudul Cerita Tentang Gunung dan Laut. Dan mulai saat itu, saya mulai mencari tau semua lagu-lagu yang dinyanyikan Payung Teduh, dan menurut saya semuanya syahdu. Enak di dengar, menentramkan, dan seperti namanya, meneduhkan hati. Namun, sejak pertama saya mendengar lagunya saya tidak pernah menonton langsung Payung Teduh bernyanyi secara langsung.

Dan pada tahun ini menjadi saat pertama kalinya saya menonton Payung Teduh secara langsung, yaitu di acara Prambanan Jazz Festival. Cukup membutuhkan perjuangan untuk menonton band tersebut secara langsung, berdiri dan bersedakan di tengah-tengah kerumunan orang. Meskipun, suasananya kurang khidmat untuk mendengarkan lagu-lagu Payung Teduh yang syahdu, namun cukup terbayarkan lunas perjuangan berdesak-desakan dengan bisa menikmati lagu-lagu Payung Teduh secara langsung.

Namun, sepertinya, event kemarin akan menjadi pertama kalinya saya menonton mas @pusakata bernyanyi secara langsung, dan juga akan menjadi terakhir kalinya saya melihat Payung Teduh perform langsung. Karena, Mas Is, vokalis dari Payung Teduh, memutuskan akan hengkang dari Band yang telah dia besarkan sejak 2007 tersebut pada Desember 2017 ini.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 13 - Pekanbaru



#JurnalTutupTahun2017
Chapter 13 - Pekanbaru

Tahun ini untuk pertama kalinya saya mengunjungi Pekanbaru. Saya ke sana untuk menghadiri undangan pernikahan teman kerja saya, eit jangan nanya kapan saya ngundang juga ya, gih mampir ke updatean "Mendoakan" dulu kalau masih mau bertanya seperti itu.

Saya di Pekanbaru selama dua hari satu malam, sejujurnya sedikit sekali tempat wisata yang bisa dikunjungi di sana. Karena pekanbaru memang lah sebuah kota di tengah provinsi Riau, literally kota banget. Jadi, jauh dari pantai ataupun pemandangan gunung khas dataran tinggi. Salah satu teman saya asal sana bahkan bilang, Pekanbaru seperti Serpong, kalau ke Serpong ya mau kemana sih kalau bukan ke mall palingan. Ada benarnya juga sih. 
Sebenarnya rombongan saya saat itu sempat ingin mengunjungi tempat peninggalan Istana Siak, yang terdapat salah satu istana megah sisa dari peninggalan Kesultanan Siak yang merupakan kerajaan penganut agama Islam terbesar di Riau pada abad ke 16-20 yang lalu. Namun, karena letaknya yang cukup jauh dari Pekanbaru, akhirnya rombongan kami memutuskan tidak jadi kesana mengingat waktu dan jadwal yang padat.

Nah, untuk urusan kuliner, sepenglihatan saya sepanjang jalan di sana, rata-rata rumah makannya menyantumkan kata "Khas Melayu" sebagai embel-embel di belakang namanya. Jadi, kesimpulan simpel saya adalah kuliner khas Pekanbaru adalah kuliner khas Melayu. Ketika di sana, saya sempat makan di salah satu rumah makan khas melayu yaitu Pondok Patin HM Yunus. Memang dari segi makanan melayu banget lah, dan makanan yang jadi primadona di rumah makan tersebut adalah Gulai Ikan Patin, asam, pedas, dan menyegarkan.

Dan untuk urusan oleh-oleh, Pekanbaru menawarkan Bolu Kemojo dan Kacang Pukul sebagai oleh-oleh kuliner khas dari daerah tersebut. Bolu Kemojo adalah kue yang dilengkapi dengan santan murni lalu dimasak dengan cara dikukus. Berbeda dengan tekstur kue bolu pada umumnya, Bolu Kemojo ini memiliki tekstur yang kenyal dan cukup padat. Sedangkan, Kacang Pukul ini memiliki tekstur dan rasa yang hampir sama dengan kacang ting-ting. Hanya saja cemilan khas Pekanbaru ini lebih padat dan memiliki rasa manis yang sangat khas.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 12 - Naung



#JurnalTutupTahun2017Chapter 12 - Naung:

Sejak di Tanjung Enim, saya sudah 2 kali pindah tempat tinggal. Awalnya saya kost di Muara Enim selama 4 bulan, namun karena perjalanan dari tempat kostan hingga tempat kerja cukup memakan waktu yang lama dan sepi sehingga apabila pulang malam cukup beresiko, akhirnya saya memutuskan pindah tempat kost.

Selanjutnya, saya sewa sebuah rumah kontrakan bersama salah satu teman saya di Keban Agung, daerah tersebut masih di Tanjung Enim. Namun hanya bertahan selama 3 bulan, karena rumah tersebut masih cukup jauh ke kantor dan juga jauh dari tempat orang menjual makanan, akhirnya saya memutuskan untuk pindah lagi.

Tempat selanjutnya yang dijadikan tempat bernaung adalah sebuah rumah tinggal lengkap bersama pemiliknya yang menyewakan kamar di rumahnya menjadi kost-kostan. Saya mulai menempati kamar kostan di sana mulai bulan Februari 2017. Awalnya, saya berniat tinggal di sana sementara, karena apabila tinggal di tempat yang pemiliknya juga berada di situ, saya merasa canggung dan tidak bebas.

Namun, selang beberapa hari setelah tinggal di sana, saya justru memutuskan akan tetap stay di rumah tersebut sampai saya harus mengontrak / membeli rumah untuk ditinggali bersama pasangan saya kelak, walaupun belum ada calonnya, rencana tetap harus dibuat.

Kenapa hanya dalam hitungan hari saya sudah bisa merasa nyaman di rumah tersebut? Karena, di rumah ini saya merasakan memiliki keluarga baru. Sepasang suami istri yang menyewakan kamar di rumahnya yang biasa kami panggil Ayah & Ibu bagi penghuni kost-kostan tersebut, menjelma menjadi pengganti orang tua di tanah perantauan. Dan ada bonus, saya merasa memiliki adik baru yang bernama Anggin & Abay, karena kebiasaan yang dididik oleh orang tua mereka untuk memanggil penghuni kostan di rumahnya dengan sebutan "Abang", dan karena panggilan tersebut juga panggilan saya di rumah, sehingga saya merasa seperti memiliki adik baru.

Well, saya bersyukur, even di tanah perantauan yang jauh dari rumah, namun saya menemukan "rumah" baru yang meskipun tidak bisa menggantikan rasa rumah sesungguhnya tetapi tetap bisa memberikan rasa nyaman dan tentram untuk saya bernaung.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 11 - Mendoakan



#JurnalTutupTahun2017
Chapter 11 - Mendoakan:


Tahun ini menjadi tahun mulai ramainya intensitas menerima undangan pernikahan dari kerabat maupun saudara. Sejujurnya, ini menjadi momen mengasyikan karena ketika ada undangan dari temen SD, akan menjadi ajang reuni bersama dengan teman SD sembari bercerita tentang betapa lugunya dulu ketika masih kecil, apabila undangan dari teman kuliah, akan menjadi ajang reuni bersama dengan teman kuliah sembari bercerita tentang betapa idealisnya dulu ketika masih menjadi mahasiswa. Yap, selalu menyenangkan mengenang berbagai hal di masa lalu bersama kawan-kawan lama.

Namun, sayangnya, ajang ini kadang dinodai dengan statement yang kerap diumbar oleh beberapa oknum, yaitu: "Kondangan mulu, kapan ngundangnya?" Mungkin niat beberapa orang mengajukan pertanyaan itu beragam, mulai dari bercanda, serius nanya kapan, iseng, kebiasaan, basa-basi, namun yang parahnya apabila mengajukan pertanyaan itu dengan niatan menghakimi atau terkesan menyudutkan.

Kalau pendapat saya pribadi, lebih baik mendoakan dibanding menanyakan, meskipun hanya iseng. Akan lebih indah menurut saya kalau statementnya dirubah menjadi, "Kondangan mulu, semoga cepat mengundang juga ya." See that? Doa adalah salah satu bentuk bantuan paling nyata dibandingkan mengajukan statement mainstream yang kesannya sudah jadi mandatory diajukan apabila ada orang menghadiri kondangan.

Namun, pada akhirnya kembali lagi ke pendapat masing-masing. Postingan ini dibuat bukan untuk menyindir / karena baper. Tapi hanya ingin menyampaikan pendapat pribadi. Dan mari kita tutup postingan ini dengan mengutip kalimat bang @kurniawan_gunadi :

Pernikahan, secara teori nampak mudah dan sederhana. Tetapi semuanya menjadi sama sekali tidak sederhana jika ia sudah dihadapkan pada seorang manusia. Seseorang yang lengkap dan memiliki banyak pertimbangan terkait masa lalu, orang tua, keluarga besar, nilai-nilai, pandangan hidup, visi dan misi, juga hal-hal lain yang mungkin tidak pernah ada dalam hidupmu. Kamu tidak pernah mengalami dan merasakannya. Sebab itulah, mendoakan jauh lebih baik daripada menilai. Memahami jauh lebih baik daripada berburuk sangka.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 10 - Duka


Chapter 10 – Duka:


Salah satu buku yang selesai saya baca dan menurut saya paling berkesan pada tahun ini adalah buku Kala Rasul Berduka karya Abdul Wahid Hasan.

Buku ini terdiri menjadi tiga bagian. Bagian pertama menceritakan tentang fase berduka Rasulullah ketika harus kehilangan orang-orang terdekatnya termasuk keluarga mulai dari ayahnya, ibunya, pamannya, hingga kakeknya. Bagian kedua menjabarkan tentang fase berduka yang harus Rasulullah lalui atas dakwah Islam yang beliau sampaikan. Dan, bagian ketiga yaitu bagian terakhir dari buku ini mengisahkan tentang fase berduka yang beliau alami dalam kehidupan berkeluarganya.

Tiap membaca kisah demi kisah dari tiga bagian yang diceritakan dalam buku tersebut, kerap kali membuat saya merenung, masalah yang saya alami dan membuat saya berpikir bahwa saya sedang mengalami fase berduka karena sedang dirundung masalah tersebut, ternyata hanyalah sebagian kecil, sangat amat kecil bahkan, dari masalah-masalah yang Rasulullah alami dan lalui. Bagaimana Rasulullah tumbuh dengan memiliki kepribadian dan karakter yang begitu luar biasa dan mulia, padahal sejak kecil beliau sudah mengalami banyak kehilangan dari mulai Ayah dan Ibunya, kemudian Kakeknya. Bagaimana Rasulullah harus menghadapi musuh-musuh Islam yang membenci dakwahnya dengan berbagai hinaan dan cibiran, padahal cara dakwah yang beliau lakukan sudah sangat santun dan mulia. Bagaimana Rasulullah mendapatkan berbagai fitnah terhadap keluarganya, padahal Rasulullah sebaik-baiknya manusia yang pernah hidup di dunia.

Kesimpulan yang dapat saya ambil setelah membaca buku tersebut adalah apabila kita merasa berduka atau sedang dirundung masalah, jangan pernah patah semangat karena Allah selalu bersama hamba-hambaNya yang senantiasa mendekatkan diri juga kepadaNya, itulah sikap yang selalu Rasulullah contohkan kepada kita di setiap masalah dan fase berduka yang dilaluinya.


Sekian.

Salam,

-W-

Chapter 9 - Puisi


Chapter 9 - Puisi:

Entah mulai kapan aku mulai gemar puisi, menulis maupun membacanya. Seingat ku, buku pertama kumpulan puisi yang aku beli dan baca sampai selesai adalah buku Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Ketika membaca buku tersebut, aku terkagum bagaimana sang penulis mengekpresikan perasaannya dengan sudut pandang lain dan seringnya dengan sudut pandang yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya melalui puisi. Coba bayangkan, beliau menggambarkan cinta yang sederhana dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Dari majas yang digunakannya pun, berdasarkan intepretasi pribadi ku mencintai itu memang tidak pernah sederhana sesungguhnya. Dan bahkan, maknanya pun bisa menjadi luas ketika yang membaca memiliki intepretasi lain akan cinta, dan ketika membacanya bisa menjadi lain makna yang diresapi.

Serta, lebih jauh lagi, puisi bisa membawa sang penulis lebih explore perasaan yang sedang dirasakannya. Dibandingkan kita hanya menulis atau bilang, "aku lagi sedih", dengan mengunggkapkannya lewat puisi kita jadi observe dengan perasaaan kita, sedih itu apa ya, rasanya gimana, ko bisa sedih ya, kira-kira kalau enggak sedih bakal gimana ya dan hal-hal lainnya yang bakal membuat puisi yg dibuat lebih "kaya" sekaligus kita mengenali perasaan kita sendiri. Dengan menulis dan mengungkapkannya lewat puisi, kita ngasih ruang buat diri kita sendiri untuk mengeluarkan apa yang kita rasakan, bukan hanya sekedar memendam.

Jadi, menurutku, puisi bisa menjadi pelarian untuk meluapkan segala gundah, resah, amarah, dengan cara yang indah. 


Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 8 - Transit


Chapter 8 – Transit:

Sering kali kita diingatkan atau ditegur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui kejadian-kejadian yang berada di sekitar kita, sekecil apapun kalau kita bisa melihatnya dari sudut pandang lain, pasti ada hikmah yang bisa kita dapatkan. Seperti seminggu yang lalu, saya sempat mengunjungi Batam. Iya, “sempat”. Ini berarti saya hanya sebentar saja mengunjungi Batam. Dan memang saya berada di Batam hanya sekitar 1,5 jam. Lah ngapain 1,5 jam doang terus cabut? Apalagi kalau bukan sekedar untuk transit sebelum melanjutkan penerbangan ke kota tujuan. Tujuan perjalanan minggu lalu sebenarnya menuju Pekanbaru.

Ketika transit di Batam, tidak ada kejadian istimewa, jadwal penerbangan yang telah dijadwalkan pun berangkat tepat waktu. Namun, sesaat sesudah saya meninggalkan Batam, ketika sedang menatap hamparan awan dan pemandangan kota Batam dari atas pesawat, tiba-tiba sekelebat pikiran muncul di dalam pikiran, kalau diibaratkan, Batam ini seperti Dunia, kita hanya numpang transit sebelum melanjutkan ke tujuan utama perjalanan saya.

Memang nikmat di dunia kerap kali menyilaukan mata dan nalar kita. Sehingga kerap membuat lupa bahwa di dunia ini hanya sementara, cuma “transit”. Bahkan, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun mengkhawatirkan kita sebagai umatnya terlena akan kenikmatan yang ada di dunia. Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, berujar, Rasulullah duduk di mimbar sedangkan kami duduk di sekeliling beliau, kemudian Beliau bersabda, “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari no.1465 dan Imam Muslim no.1052.

Terkadang kenikmatan di dunia kerap membawa kelalaian, tidak semua sih, namun saya memang kadang merasakannya. Ketika urusan di dunia lapang, bukannya makin bersyukur dengan mendekatkan diri ke Allah, eh malah justru kelapangan tadi membawa nestapa.

Jadi, hati-hati dengan kenikmatan di dunia, jangan terlena, ini semua hanya sementara. Kita hanya sedang “transit” sebelum melanjutkan ke tujuan utama kita, yaitu akhirat.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 7 - Terganti



Chapter 7 - Terganti:

Aku memilih berganti.

Bukan berarti ini sikap tidak menghargai.

Namun, aku tak ingin membuat mu memaksakan diri.

Terus bertahan padahal raga dan hati tertatih.

Membohongi seakan kamu masih sanggup menahannya sendiri.

Semua harus segera ku sudahi.

Sebelum luka yang kamu rasakan semakin menjadi.

Telah banyak pengorbanan yang telah kamu lewati.

Atas segalanya, ku ucapkan terima kasih.

-W-

Chapter 6 - Terbiasa



Chapter 6 - Terbiasa:



Sudah sekitar 1,5 tahun saya di Tanjung Enim. Dan sepengetahuan saya makanan khas wilayah ini banyak mengadopsi makanan khas Palembang, seperti Pempek, Tekwan, Model, serta Mie Celor. Entah mungkin karena satu rumpun, atau memang makanan khas daerah sini juga. Favorit saya diantara beberapa makanan itu adalah pempek.

Siapa yang tidak tau akan pesona & kelezatan pempek? Namun, terkadang orang lupa, ada satu hal yang membuat pempek menjadi mempesona, tanpa kehadirannya, seonggok pempek mungkin terasa tidak sempurna. Pasti kalian tau kan apa itu? Yap, hal itu adalah cuka.

Menurut pendapat saya pribadi, cuka dari Palembang merupakan hal yang menambah pempek menjadi semakin khas. Karena tidak semua orang daerah lain bisa membuat cuka yang enak, kental, pedas, asamnya terasa pas di lidah. Namun, saya adalah seorang penderita maag dan pernah juga menderita tukak lambung. Sehingga, cuka menjadi musuh saya ketika saya belum makan / kondisi perut sedang kosong. Dan di sini, menu sarapan yang umum selain nasi uduk / bubur adalah model & tekwan. Serta biasanya, penjualnya pun menjajakan gorengan & pempek, serta tak lupa cuka di mejanya untuk disajikan. Uniknya, orang sini sering mencampur tekwan dan model dengan cuka. Padahal model dan tekwan diciptakan sebagai makanan berkuah bening dan tidak lazim bila dicampur cuka menurut saya. "Idak lemak men idak pake cuko", itu dalih mereka ketika ditanya.

Nah, lambat laun, karena sering sarapan dengan menu tersebut & melihat orang mencampur cuka ke beberapa makanannya, saya mulai ikut-ikutan. Dan berujung menikmatinya, ternyata ada  sensasi baru setelah model atau tekwan tersebut dicampur cuka. Tapi ada kendala untuk saya, masalah lambung tadi, awalnya ketika saya mencoba & ikut-ikutan, lambung saya langsung terasa perih dan nyeri. Namun, lambat laun, lambung saya pun mulai beradapatasi. Dan di tahun ini, lambung saya sudah mulai dapat menyesuaikan dengan cuka meskipun perut belum terisi makanan apapun. 
Untuk jurnal kali ini memang nirfaedah, hanya berisi curahan hati belaka. Namun, peduli apa? Saya menulis bukan karena atensi. Yowis, ditutup dulu.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 5 - Pandang



Chapter 5 - Pandang:

Kacamata sudah menjadi pendamping hidup yang selalu bersama saya semenjak kelas dua SMA. Yap, saya mulai memakai kacamata ketika naik kelas 2 SMA dan saat itu minus yang saya derita masih kecil hanya sekitar -0.25 untuk sebelah kanan dan -0.5 untuk sebelah kiri. Semenjak dulu, sebenarnya saya tidak pernah membayangkan akan menggunakan kacamata, ya karena tidak terbayang saja. Namun, itulah realitanya.

Lambat laun, minus mata saya yang hanya 0.25 dan 0.5, mulai bertambah seiring dengan seringnya saya menatap gadget maupun komputer tak kenal waktu. Hingga tiba di tahun 2017 ini, minus yang saya derita masuk ke angka 3.5. Pertumbuhan yang cukup drastis dari yang tadinya hanya 0.5, meningkat 7 kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun. Ini sangat menyedihkan, kawan, sangat menyedihkan.

Saya sebagai salah satu penderita rabun jauh dan pasangan hidup dari kacamata merasakan penyesalan karena sejak dulu tidak aware untuk menjaga kesehatan mata. Padahal sejak dulu, Bunda saya merupakan wanita yang selalu cerewet kepada saya dan adik-kakak saya untuk selalu menjaga kesehatan mata dengan tidak berlama-lama depan komputer dan tidak membaca di tempat yang kekurangan cahaya. Namun, semua sudah terjadi.

Dan tahun ini untuk ke enam kalinya saya mengganti kacamata untuk upgrade lensa karena minus bertambah sekaligus mengganti frame kacamata dikarenakan kondisi frame kacamata lama sudah tidak terlalu baik lagi.

Jadi, kawan, apabila mata kamu masih diberikan kesehatan dan tidak menggunakan kacamata saat ini, bersyukurlah dengan senantiasa menjaga kesehatan mata kalian. Dan teruntuk sesama pengguna kacamata, baik rabun jauh maupun rabun dekat, meskipun kadang merasakan kecewa karena harus sangat hati-hati menggunakan softlens untuk bisa menyelam menikmati indahnya terumbu karang ataupun tidak dapat menatap senja tenggelam secara kasat mata, tapi kita tetap harus bersyukur masih diberikan nikmat melihat oleh Allah. 
Pada akhirnya, bagaimanapun kondisi kita saat ini, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas segala nikmat baik suka maupun duka yang telah Allah berikan kepada kita.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 4 - Kompilasi Senja



Chapter 4 - Kompilasi Senja:

Kamu begitu jingga, hingga buat hati ku ber bunga-bunga.
Kamu begitu indah, hingga buat diri ku mati langkah.
Kamu begitu mengagumkan, hingga terus menetap di pikiran.
- Ujar Manusia kepada Senja. -

Jangan cintai aku, aku ini fana, hanya sementara.
Cintailah Penciptaku, Dia abadi, selamanya.
- Balas Senja kepada Manusia. -

Bulan Mei 2017 kemarin, saya membuat beberapa tulisan bertopik random dengan background senja di gunung Dieng, namun ada juga yg bertopik tentang senja dan dibuat satu kompilasi yang saya beri judul Kompilasi Senja. Bisa scroll di IG saya untuk melihat atau klik hashtag berikut #KompilasiSenja.

Dan dalam postingan ini maupun postingan Kompilasi Senja, saya berturut-turut menggunakan hasil jepretan kawan saya, Galih. Dia merupakan karyawan Telkom dengan latar belakang teknik industri dan memiliki hobby fotografi saat ini. Untuk melihat buah karya dia, bisa langsung cek di IGnya @galihputrala. Fyi, dia jomblo, sedang mencari calon istri yang sholehah. Berminat, dm langsung aja ke dia. Hahaha.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 3 - Blog



Chapter 3 – Blog

Saya pertama kali membuat blog pada tahun 2010. Tema blog yang saya gunakan pertama kali yaitu tema gratisan yang disediakan langsung oleh Blog. Saat itu konten yang saya upload selama beberapa bulan setelah dibuat hanya beberapa lirik lagunya vierra & nidji, serta pengalaman saya selepas nonton konser Bondan Prakoso saat acara pensi SMA dulu. Ah merasa hitz sekali dulu karena berhasil membuat blog & updatean tersebut.

Tiga tahun berlalu tanpa update-an apapun. Lalu di tahun 2013, saya mengunjunginya lagi, dan... betapa terkejutnya saya ketika melihat “buah karya” saya tahun 2010 di blog tersebut, sangat “hitz” sekali. Karena merasa postingan tersebut merupakan dosa yang harus disembunyikan, akhirnya tanpa pikir panjang saya hapus. Dan saya mulai menata ulang blog tersebut agar lebih rapih dari segi tema & kontennya. Dan dari tahun 2013 hingga sekarang, tiap tahunnya saya selalu mengupdate postingan di blog tersebut.

Memasuki pertengahan tahun 2017, saya mulai aktif lagi update postingan di blog. Dan ketika mulai aktif lagi, saya merasa tema blog yang saya pertahankan sejak tahun 2013 sudah mulai membosankan & kurang indah untuk dipandang. Kemudian saya mulai merombak lagi tema yang saya pakai untuk layout blog saya, mencari-cari tema terbaik & terindah. Dan akhirnya mulai Juli 2017 tema blog saya resmi berganti.

Namun, saya ingin mengakhiri tulisan ini bukan tentang tema baru blog saya. Saya justru ingin menutup tulisan ini dengan peristiwa ketika konten blog yang dibuat pada tahun 2010 saya hapus pada tahun 2013. Seharusnya saya tidak perlu menghapusnya, karena postingan “hitz” yang pernah saya buat seharusnya menjadi bukti bahwa dari tahun 2009 hingga saat ini saya terus berkembang, saya terus belajar, saya terus berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan karena mungkin dulu saya belum sadar, bahwa kita tidak seharusnya mengutuk masa lalu, namun seharusnya kita justru berterima kasih kepada masa lalu, karena bagaimana kondisi kita saat ini, itu semua terjadi karena apa yang terjadi di masa lalu.

Terkadang kita butuh salah, untuk mengetahui apa yang benar.

Sekian.

Salam,
-W-

Chapter 2 - Lari



Chapter 2 – Lari

Lari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti melangkah dengan kecepatan tinggi, hilang, pergi tidak dengan cara sah, kabur, dan ada beberapa makna lain dimuat disana. Namun, makna dari lari yang akan saya ceritakan yaitu makna lari versi KBBI yang pertama, melangkah dengan kecepatan tinggi.

Di tahun 2017 ini, lebih tepatnya bulan Oktober kemarin, saya mulai rutin melakukan olahraga lari dengan mematok pada diri saya sendiri minimal dua minggu sekali. Kenapa? Karena saya sedang butuh olahraga dan sarana pelampiasan waktu luang, serta lari adalah olahraga yang sangat simpel. Cukup sediakan sepatu lari, celana training, baju, lalu... lari. Sesimpel itu, kawan. Kalau merasa kesepian karena lari sendirian, saya biasanya tinggal menyediakan handphone berisi lagu favorit saya dan headset, kemudian kesan kesepian itu akan tidak terasa lagi karena ketika lari kamu malah merasa ditemani dengan suara ciamik dari Danilla Riyadi ataupun suara melengkingnya mba Elda ‘Stars & Rabbits’. Dan kawan, setelah saya rutin lari, entah kenapa saya merasa mendapatkan suatu pelajaran berharga. Dengan lari saya sadar bahwa musuh terbesar yang sebenarnya paling sulit saya hadapi bukanlah orang lain, namun musuh terbesar itu adalah diri saya sendiri. Kenapa? Karena ketika saya sedang lari, tidak ada lawan atau pesaing yang harus saya kalahkan seperti ketika sedang bermain futsal ataupun bola, satu-satunya musuh yang harus saya kalahkan hanya diri saya sendiri. Untuk memacu kecepatan lebih tinggi ataupun menempuh jarak lebih jauh, saya hanya harus mengalahkan diri saya sendiri, bukan orang lain.

Begitupun dalam hidup, kadang kala saya terlalu sibuk membandingkan dan berupaya agar dapat melampui orang lain. Tapi lupa akan jati diri saya sendiri, lupa akan pengembangan diri saya sendiri, karena terlalu sibuk melihat pertumbuhan orang lain. Dan dengan seringnya saya lari sedikit banyak membawa sebuah pemahaman yang baru bahwasannya untuk menjadi lebih baik lagi bukan dengan mencoba mengalahkan pencapaian diri kita sendiri sebelumnya, itu sudah merupakan bentuk pertumbuhan yang membawa diri kita untuk lebih baik lagi.

Sekian.

Salam, 

-W-

Chapter 1 - Prolog


Chapter 1 – Prolog

2017.

Tahun yang penuh dengan berbagai kejutan.
Tahun yang akan selalu diingat sebagai salah satu turning point dalam hidup.
Tahun yang diwarnai dengan berbagai corak warna, namun tetap didominasi dengan corak sendu yang mengabu. 
Serta, tahun yang penuh dengan ratapan dan helaan nafas yang panjang.

Untuk menutup tahun 2017 yang “spesial” ini, layaknya kaidah akuntansi ketika memasuki periode akhir tahun, tim accounting sebuah perusahaan akan melakukan kegiatan rutin yang disebut dengan periode tutup buku, maka untuk menutup tahun 2017 ini saya sebagai anak akuntansi berniat untuk melakukan kegiatan “tutup buku” juga dengan membuat mini project yang berjudul “Jurnal Tutup Tahun 2017”. Jadi, Jurnal Tutup Tahun 2017 merupakan project menulis dan mengupdate ke blog maupun instagram setiap harinya sampai akhir tahun 2017 nanti dengan topik tulisan tentang apa saja yang terjadi selama tahun ini, apa saja, tentang momen, tempat, kegiatan, barang, maupun... orang.

Untuk mencatat apa saja yang datang serta merekam apa saja yang hilang.
Untuk menghargai yang baru serta mengikhlaskan yang lalu.
Untuk sarana bersyukur atas segala yang terjadi baik bahagia maupun pilu.

Jadi, izinkan saya mengunjungi feed instagram kamu setiap harinya selama 31 hari ke depan (termasuk hari ini). Terima kasih.

Sekian.

Salam,
-W-