Chapter 6 - Terbiasa:
Sudah sekitar 1,5 tahun saya di Tanjung Enim. Dan sepengetahuan saya makanan khas wilayah ini banyak mengadopsi makanan khas Palembang, seperti Pempek, Tekwan, Model, serta Mie Celor. Entah mungkin karena satu rumpun, atau memang makanan khas daerah sini juga. Favorit saya diantara beberapa makanan itu adalah pempek.
Siapa yang tidak tau akan pesona & kelezatan pempek? Namun, terkadang orang lupa, ada satu hal yang membuat pempek menjadi mempesona, tanpa kehadirannya, seonggok pempek mungkin terasa tidak sempurna. Pasti kalian tau kan apa itu? Yap, hal itu adalah cuka.
Menurut pendapat saya pribadi, cuka dari Palembang merupakan hal yang menambah pempek menjadi semakin khas. Karena tidak semua orang daerah lain bisa membuat cuka yang enak, kental, pedas, asamnya terasa pas di lidah. Namun, saya adalah seorang penderita maag dan pernah juga menderita tukak lambung. Sehingga, cuka menjadi musuh saya ketika saya belum makan / kondisi perut sedang kosong. Dan di sini, menu sarapan yang umum selain nasi uduk / bubur adalah model & tekwan. Serta biasanya, penjualnya pun menjajakan gorengan & pempek, serta tak lupa cuka di mejanya untuk disajikan. Uniknya, orang sini sering mencampur tekwan dan model dengan cuka. Padahal model dan tekwan diciptakan sebagai makanan berkuah bening dan tidak lazim bila dicampur cuka menurut saya. "Idak lemak men idak pake cuko", itu dalih mereka ketika ditanya.
Nah, lambat laun, karena sering sarapan dengan menu tersebut & melihat orang mencampur cuka ke beberapa makanannya, saya mulai ikut-ikutan. Dan berujung menikmatinya, ternyata ada sensasi baru setelah model atau tekwan tersebut dicampur cuka. Tapi ada kendala untuk saya, masalah lambung tadi, awalnya ketika saya mencoba & ikut-ikutan, lambung saya langsung terasa perih dan nyeri. Namun, lambat laun, lambung saya pun mulai beradapatasi. Dan di tahun ini, lambung saya sudah mulai dapat menyesuaikan dengan cuka meskipun perut belum terisi makanan apapun.
Untuk jurnal kali ini memang nirfaedah, hanya berisi curahan hati belaka. Namun, peduli apa? Saya menulis bukan karena atensi. Yowis, ditutup dulu.
Sekian.
Salam,
-W-
0 komentar:
Posting Komentar