Chapter 17 - Si Abu
Converse dalam foto di atas yang biasa saya sebut si abu, resmi per hari ini di pensiunkan dalam kegiatan operasional saya. Saya terpaksa memensiunkan sepatu yang saya miliki sejak lima tahun yang lalu ini. Bukan, bukan karena sepatu ini sering kali mengingatkan saya terhadap seseorang yang telah pergi, sehingga saya terpaksa tidak memakainya lagi. Karena ada beberapa orang pernah bilang bahwa untuk dapat melupakan seseorang yang telah pergi, kita harus menjauhkan barang-barang yang kerap kali mengingatkan kita terhadap orang tersebut. Tetapi, menurut saya cara terbaik justru bukan melupakannya, tapi justru mengikhlaskannya. Akan saya ceritakan di jurnal lain terhadap kisah ini.
Jadi, kenapa saya memensiunkan si abu? Simpel, karena memang si abu tidak layak pakai lagi. Setelah 5 tahun si abu bersama, akhirnya hari ini saya harus mencari pengggantinya. Si abu merupakan sepatu paling lama yang sanggup bertahan dengan saya. Dengan tipe berjalan yang kerap kali menggesekkan sepatu yang dipakai dengan lantai, banyak sepatu saya yang umurnya tidak panjang. Rata-rata hanya di umur 2-3 tahun. Namun, si abu sanggup bertahan selama 5 tahun bersama saya.
Sudah berkali-kali rusak dengan penyakit yang sama yaitu lepasnya sol sepatu, dan berkali-kali juga saya usahakan untuk dapat layak pakai lagi dengan berbagai tipe lem pernah saya gunakan. Sampai si abu kanan bagian depannya terkena tumpahan lem sehingga warna nya menjadi gelap sendiri dibandingkan yang lain. Namun, tahun ini memang menjadi tahun pengabdian terakhir bagi si abu kepada saya.
Meskipun berat melepaskannya, karena ada anekdot bahwa "sepatu converse makin buluk, makin keren", namun karena memang dalam segi fungsi tidak layak pakai lagi. Maka saya memutuskan untuk membeli penggantinya dan memensiunkan si abu. Bukan karena seseorang yang selalu mengingatkan saya ketika menggunakan si abu juga sudah pergi, namun saya mengikhlaskannya karena dari segi fungsi memang sudah tidak layak pakai lagi.
Terima kasih, abu.
Maaf, sepertinya kamu tidak akan pernah menapakkan diri lagi di tanah kelahiranmu, di Bandung.
Sekian.
Salam,
-W-
0 komentar:
Posting Komentar