Chapter 27 - Ayah:
Pensiun, telah jadi topik yang sering keluarga saya bicarakan tahun ini. Karena tahun depan Ayah sudah akan memasuki masa pensiun, dan tahun ini menjadi tahun terakhir beliau menjadi seorang abdi negara.
Setelah puluhan tahun, akhirnya waktu Ayah untuk bekerja hanya tinggal hitungan bulan. Saya sangat bersyukur, setelah jutaan peluh akhirnya Ayah sudah bisa mulai istirahat, menyalurkan hobbynya, serta berfokus mengejar akhirat. Untuk urusan duniawi, tanggung jawab Ayah sudah tuntas, tahun depan tepat dengan Aci yang sudah lulus kuliah, meskipun masih ada Adek yang masih SMP, tetapi inshaa Allah kakak-kakaknya yang sudah bekerja bisa membackup kebutuhan Adek sampai lulus kuliah nanti.
Ayah, yang notabene erat sekali bidang kerjanya dengan pertanian dan peternakan, untuk masa pensiunnya beliau sudah menyiapkan beberapa hal yang berkaitan dengan bidang tersebut dan memang merupakan passion beliau seperti kebun dan beberapa ekor kerbau yang akan dijadikan sarana menghabiskan waktu saat masa pensiun tiba.
Ayah sudah menunaikan kewajibannya dengan begitu baik, didikan Ayah selama ini telah membuat kami anak-anaknya berkembang menjadi pribadi yang mandiri dalam urusan duniawi dan bertanggung jawab dalam urusan akhirat. Ayah tidak terlalu banyak bicara tentang kehidupan kepada kami, tetapi Ayah mengajarkan kami dari sikap dan perilakunya tiap hari, dan itu sudah bisa menjadikannya tauladan bagi kami anak-anaknya. Secara kasat mata, Ayah bukan lah tipe orang tua yang peduli akan perkembangan kami, tapi ternyata justru beliau sering kali menanyakan kepada Bunda tentang berbagai hal perkembangan yang ada pada diri kami. Ayah selalu begitu, terlihat acuh, padahal begitu peduli.
Semoga seluruh lelah yang telah Ayah rasakan selama kerja menjadi pahala bagi beliau serta di masa pensiunnya nanti Ayah bisa semakin mendekatkan diri kepada Allah dan dapat menjalani masa pensiunnya dengan berkah dan bahagia. Sehat selalu yah! Aamiin.
Sekian.
Salam,
-W-
0 komentar:
Posting Komentar