Chapter 16 - Embah :
Beberapa jurnal yang lalu banyak bercerita tentang hal-hal baru, dari mulai tempat bernaung baru, kota baru, barang baru, kebiasaan baru, dan berbagai hal yang baru pertama kali hadir di tahun ini. Namun, untuk jurnal kali ini izinkan saya bercerita tentang kehilangan.
Selalu menyakitkan kala bercerita soal kehilangan. Harus kembali merasakan perih yang pernah dirasa, sakit yang pernah diderita, serta lara yang pernah bersemayam. Entah kenapa, dalam diri saya, kehilangan selalu menjadi sebuah konotasi yang berdampingan dengan kesedihan. Kala kehilangan mendera, maka kesedihan akan bergelora.
Juni, menjadi salah satu bulan kelabu di tahun ini. Padahal, lebaran idul fitri bertepatan pada bulan tersebut, namun sayang bulan ini tetap bercorak abu sendu. Tepat 2 hari setelah lebaran idul fitri, saya dan keluarga harus mengalami kehilangan seseorang yang kami cintai. Seseorang yang telah sangat hebat mendidik dan membesarkan Bunda saya sehingga menjadi sedemikian tangguhnya. Di balik sesosok Bunda yang mengagumkan, terdapat Embah dengan didikannya yang luar biasa.
Saya tidak sempat mendampingi dan melihat saat Embah menghembuskan nafas terakhirnya, namun alhamdulilllah Bunda bisa mendampingi dan menemani Embah hingga akhir hayatnya. Karena akan menjadi penyesalan terbesar dari seorang anak, kala tidak bisa hadir di saat-saat terakhir orang tuanya hidup. Semoga Embah diampuni dosanya serta diterima amal ibadahnya. Aamiin.
Sekarang, hanyalah Eyang dari Ayah yang alhamdulillah masih diberikan nikmat sehat oleh Allah. Semoga, beliau selalu dijaga kesehatannya dan diberi keberkahan atas sisa umurnya. Aamiin.
Selalu sayangi dan jagalah keluarga kalian sejak dini, sebelum penyesalahan akan menghampiri.
Sekian.
Salam,
-W-
0 komentar:
Posting Komentar